Penerjemahan Makna Ilokusioner dalam tindak tutur (Kajian Pragmatik)


I. Pendahuluan
Kajian pragmatik menitikberatkan pada penggunaan suatu bahasa terkait dengan konteksnya.  Salah satu pengertian pragmatik dalam Levinson (1987) adalah kajian mengenai bagaimana bahasa dipakai untuk berkomunikasi, terutama hubungan antara kalimat dengan konteks dan situasi pemakaiannya.  Tindak tutur (speech act) ialah salah satu subkajian pragmatik. Tindak tutur berkaitan erat dengan kegiatan manusia yang tak lepas dari bahasa, baik secara pribadi ataupun kelompok. Dalam tindak tutur, penutur dan mitra tutur harus saling memahami kaidah-kaidah bahasa yang mengatur hal tersebut, agar kegiatan tindak tutur dapat berjalan dengan baik. Setiap peserta tutur bertanggung jawab dalam setiap interaksi lingual tersebut, dimana sebuah konteks memiliki peranan dalam membentuk suatu tindak tutur.  Lebih lanjut, tindak tutur ialah pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu maksud dari pembicara diketahui pendengar (Kridalaksana, 1984). Di dalam mengatakan suatu kalimat, seseorang tidak semata-mata mengatakan sesuatu dengan pengucapan kalimat itu, akan tetapi ada maksud tertentu didalamnya.
Austin (1962) mengemukakan bahwa mengujarkan (tindak tutur) sebuah kalimat tertentu dapat dipandang sebagai melakukan tindakan (act), di samping memang mengucapkan kalimat tersebut. Ia membedakan tiga aspek yang berkaitan dengan ujaran, yaitu lokusioner, ilokusioner, dan perlokusioner. Lokusioner adalah semata-mata tindak berbicara, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan kalimat sesuai dengan makna kata itu (di dalam kamus) dan makna kalimat itu sesuai dengan kaidah sintaksisnya. Ilokusioner adalah hal tertentu yang dimaksudkan atau ingin dicapai dari suatu tindak tutur. Perlokusioner mengacu pada efek yang ditimbulkan oleh tindak tutur  yang dihasilkan. Lebih lanjut J.R. Searle, membagi ilokusioner kedalam 5 kategori: assertives (asertif), directives (direktif), commissives (komisif), expressives (ekspresif) and declarations (deklarasi).
                Pada makalah ini, tindak tutur ilokusioner yang dipilih sebagai bahan kajian ialah tindak tutur ilokusioner direktif yang terdapat dalam salah satu adegan dalam novel The Godfather karya Mario Puzo, teks terlampir. Novel ini bercerita tentang kehidupan mafia keturunan Italia di Amerika, yang mana mempunyai struktur kepemimpinan antara bawahan dan atasan, tentunya dalam menjalankan aksi mereka ada banyak instruksi atau perintah agar bawahan melakukan sesuatu, bentuk-bentuk instruksi tersebut dalam pragmatik termasuk kategori direktif, dimana suatu tindak tutur dilakukan agar mitra tutur melakukan sesuatu.
II. Terkait bidang Penerjemahan
Penerjemahan ialah pengalihbahasaan dari Bahasa Sumber (BSu) ke Bahasa Sasaran  (BSa). Adapun yang dialihkan ialah makna atau pesan yang terkandung. Lebih lanjut, nilai-nilai budaya yang ada pada pesan pun harus dialihkan secara jelas kedalam BSa. Terkait dengan makna yang diterjemahkan, terkadang sebuah teks dalam BSu tidak hanya memiliki makna secara literal saja, tetapi ada intention (maksud) didalamnya. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian seorang penerjemah. Penerjemahan suatu tindak tutur atau ujaran merupakan salah satu contoh kasus dimana sebuah teks kalimat tidak hanya mempunyai makna literal saja tetapi juga memiliki maksud tertentu yang harus diterjemahkan. Tindak tutur (speech act) dikaji secara mendalam dalam satu sublinguistik pragmatik.
Pemilihan tindak tutur sebagai kajian penelitian ini senada dengan Fawcett (1997), dimana tindak tutur (speech act) ialah salah satu subpragmatik yang menarik untuk dikaji keterkaitannya dalam bidang penerjemahan, selain presupposition (persangkaan) dan Gricean implicatures. Mengenai pemilihan fokus pada ilokusioner saja karena lokusioner cenderung pada kajian semantik murni, sedangkan perlokusioner lebih pada hal-hal diluar linguistik. Keterkaitan tindak tutur ilokusioner dengan penerjemahan diungkapkan Honig dan Kussmaul dalam Fawcett (1997),
However it is translated, the illocutionary force of sentence would not change (1982: 80)
Dalam menerjemahkan suatu tindak tutur, ilokusioner yang ada pada BSa dan BSu harus sama. Oleh karena itu, dalam penerjemahannya tidak semata-mata diterjemahkan secara literal tetapi ada maksud (intention) tertentu yang harus tersampaikan pada BSa.
Kajian penerjemahan tidak bisa lepas dari teknik, metode dan ideologi yang digunakan dalam penerjemahannya. Selain itu kualitas penerjemahan juga bagian penting dari sebuah kajian penerjemahan. Dalam proses penerjemahan, ideologi ditentukan terlebih dahulu kemudian metode dan tekniknya. Sebaliknya dalam penelitian suatu karya terjemahan yang harus ditentukan terlebih dahulu ialah pada tataran mikronya yaitu teknik yang digunakan oleh penerjemah, kemudian dilanjutkan pada tataran makronya, metode penerjemahan yang digunakan, setelah itu pada tataran super makro, menentukan ideologi yang digunakan oleh penerjemah tersebut. Selanjutnya, kualitas terjemahan dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu: keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan. Keakuratan berkaitan dengan kesepadanan makna dalam BSu dan BSa. Keberterimaan berkaitan dengan kesesuaian kaidah kebahasaan yang ada pada BSa. Keterbacaan berkaitan dengan derajat mudahnya terjemahan dipahami oleh pembaca sasaran.
                Makalah ini hanyalah sebuah pintu masuk menuju penelitian yang lebih kompleks dengan data yang lebih luas. Disini data yang dikaji dibatasi hanya pada satu adegan dalam novel The Godfather. Aspek penerjemahan yang dikaji pun terbatas pada teknik dan kualitasnya saja.
III.Analisis
Tindak tutur direktif yang dikaji ialah yang ada pada salah satu adegan pada novel The Godfather. Adegan yang dipilih yaitu ketika Sang Don menentukan urutan siapa saja yang hendak menemuinya. Kemudian dilanjutkan dengan menerima tamu pertamanya, Nazzorine, yang hendak meminta bantuan agar menantunya yang merupakan penduduk illegal tidak dideportasi pemerintah Amerika.
No
BSu
BSa
Teknik Penerjemahan
1
Leave Bonasera to the end
Geser Bonasera yang terakhir
Kreasi diskursif
Ujaran diatas dilakukan oleh Michel Corleone, kepada anak buahnya Tom Hagen. Konteks kejadiannya ada beberapa orang yang ingin menemui sang Don; kemudian sang Don mengatur urutan siapa yang diperbolehkan menemuinya. BSa berupa kalimat imperatif begitu pula BSu-nya. Tindak tutur Bsu diatas mengandung ilokusioner direktif, berisi perintah untuk meletakkan Bonasera pada urutan terakhir. Hal yang sama telah tersampaikan pada BSa. Makna disampaikan dengan baik dimana Ilokusioner keduanya tidak berubah. Pemilihan teknik penerjemahan dalam hal ini sudah tepat, yaitu dengan kreasi diskursif, kreasi penerjemah digunakan agar makna tersampaikan dengan baik. Kreasi disini bukan berarti sebebas-bebasnya, namun dengan sesuai dengan makna dalam suatu konteks tersebut. Akan menjadi fatal ketika diterjemahkan menggunakan teknik harfiah, Tinggalkan Bonasera pada terakhir dimana ilokusioner atau maksud yang ingin dicapai dari suatu tindak tutur tidak tersampaikan dengan tepat. Jadi, dapat dikatakan terjemahan kalimat ini secara keakuratan cukup, keberterimaan dan keterbacaan baik.
No
BSu
BSa
Teknik Penerjemahan
2
My dear friend, put all your worries aside
Sahabatku yang baik, singkirkan semua kekhawatiranmu.
Transposisi
Put aside à singkirkan
Ujaran ini terjadi sebagai lanjutan dari ujaran sebelumnya. Setelah menentukan urutan siapa saja yang hendak menemuinya, lalu Nazzorine mendapat kesempatan pertama. Ujaran diatas diucapkan oleh Don Corleone setelah mendengar keluhan dari Nazzorine yang hendak meminta bantuannya. Ilokusioner direktif yang ada pada ujaran tersebut berisi nasihat dan juga sebagai bentuk persetujuan atas suatu permohonan . Dalam hal penerjemahan, teknik yang dipakai ialah transposisi, terjadi pergeseran kelas kata dari frasa put aside menjadi kata ‘singkirkan’. Ilokusioner makna dalam BSu terpenuhi dama BSa. Kualitas terjemahan ini juga baik, karena tidak ada distorsi makna. Dari sisi keterbacaan dan keberterimaan juga baik.
No
BSu
BSa
Teknik Penerjemahan
3
Not to our paisan
Jangan kepada paisan kita
Harfiah
Peminjaman murni, paisanà paisan
Pada ujaran ini, tindak tutur ilokusioner direktif yang terjadi berisi perintah. Diujarkan oleh Don Corleone kepada Tom Hagen, tangan kanannya. Ujaran ini dilakukan sebagai lanjutan dari ujaran sebelumnya, setelah menyanggupi permohonan Nazzorine kemudian sang don memberikan instruksi kepada siapa tugas ini diberikan. Jika pada dua contoh kasus sebelumnya penggunaan teknik harfiah dipandang kurang tepat, pada kasus ini harfiah menjadi pilihan yang tepat, karena tidak terjadi distorsi makna dan bisa dikatakan tingkat akurasi tinggi. Penggunaan teknik peminjaman murni pada kata paisan mengurangi tingkat keterbacaan dan keberterimaan. Kata paisan berasal dari bahasa Italia, yang berarti teman senegara. Dalam kamus Encarta ditemukan kata paisano yang memiliki arti setara. Dalam konteks percakapan maksud dari Don Corleone ialah tugas tersebut jangan diberikan kepada kawan senegaranya, jangan diberikan kepada orang Italia. Jadi pilihan lain penerjemahan kata paisan bisa menggunakan teman Italia, karena memang Don berasal dari Italia.
No
BSu
BSa
Teknik Penerjemahan
4
Give it to the Jew in the next district
Berikan kepada Yahudi di distrik tetangga.
Reduksi
Percakapan diatas merupakan ujaran yang berisi perintah lanjutan dari Don Corleone kepada Tom Hagen. Permohonan Nazzorine dikerjakan bukan oleh kawan Italia-nya, tapi diberikan kepada orang Yahudi  di distrik tetangga. Terkait penerjemahan, terjadi reduksi obyek pada BSa, kata it tidak diterjemahkan. Hal ini mempengaruhi tingkat keakuratan, walaupun tanpa obyek, pembaca dapat memahami bahwa yang dimaksud ialah tugas untuk membantu Nazzorine.
IV. Simpulan
                Dalam menerjemahkan suatu tuturan selain makna harus tersampaikan tanpa distorsi, juga maksud (intention) dari suatu tuturan juga harus mampu disampaikan. Ilokusioner sebagai salah satu aspek pragmatik dapat digunakan sebagai parameter kualitas terjemahan. Terjemahan suatu tuturan yang baik ialah ilokusi pada BSu dan BSa sama.

Sumber:
1.        Fawcett, Peter. 1997. Translation Theory Explained. Britania Raya: St. Jerome Publishing.
2.       Levinson, Stephen.1983. Pragmatics. London: Cambridge University Press.
3.       Puzo, Mario. 1969. The Godfather. United States: G. P. Putnam's Sons.
4.      Puzo, Mario. 2006. Sang Godfather. Jakarta: Gramedia.
5.       Searle, John R. 1979. Expression and Meaning. London: Cambridge University Press.
6.      Yule, George. 1996. Pragmatics. Britania Raya: Oford University Press.

1 comment:

  1. terima kasih atas informasi dan artikelnya...sangat membantu untuk mengerjakan tugas gan...
    kunjungi balik di sini ya gan...terima kasih...

    ReplyDelete